Olelive.id – English Premier League dikenal sebagai salah satu liga terbaik di dunia. Kompetisi ini penuh dengan drama, kejutan, dan persaingan sengit di antara klub-klub terbaik. Tidak heran, banyak pemain kelas dunia yang menjadikan Liga Inggris sebagai destinasi impiannya. Hal ini membuat persaingan klub papan atas semakin ketat.
Musim 2015/2016 akan selalu dikenang sebagai salah satu momen paling luar biasa dalam sejarah sepakbola Inggris, ketika tim yang tidak diunggulkan sama sekali berhasil meraih gelar juara. Leicester City, klub yang sebelumnya hampir terdegradasi, keluar sebagai juara Liga Inggris.
Semusim sebelumnya adalah musim yang sulit bagi Leicester City. Klub ini hampir terdegradasi, dan mereka harus berjuang hebat di akhir musim untuk mempertahankan posisi mereka di Premier League. Beruntung, mereka berhasil keluar dari jeratan degradasi dengan finis di peringkat 14 dengan mengoleksi 41 poin, hanya berbeda 6 poin dari Hull City yang berada di zona degradasi.
Tidak banyak yang memprediksi bahwa musim berikutnya akan menjadi salah satu cerita sukses paling menakjubkan dalam sejarah sepakbola. Di bawah manajer Claudio Ranieri, tim Leicester City memulai musim 2015/2016 dengan sangat baik, tetapi masih dianggap sebagai kandidat yang tidak mungkin untuk meraih gelar juara.
Namun, setiap pertandingan Leicester City selalu tampil konsisten dan memenangkannya. Mereka mengalahkan klub-klub besar seperti Manchester City, Arsenal, dan Manchester United. Gaya permainan mereka yang agresif, solid di belakang, dan cepat dalam serangan menjadi senjata utama mereka. Pemain seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan N’Golo Kanté menjadi sorotan dengan penampilan luar biasa mereka.
Salah satu momen puncak musim adalah pertandingan Leicester City Vs Manchester City di Etihad Stadium dengan kemenangan Leicester 3-1. Kemenangan ini menjadikan mereka sebagai pesaing serius untuk gelar juara. Sementara itu, Jamie Vardy mencetak gol dalam 11 pertandingan beruntun yang memecahkan rekor gol dalam jumlah pertandingan beruntun di Premier League.
Leicester City akhirnya mengunci gelar juara Premier League mereka dengan beberapa pertandingan tersisa di musim. Keberhasilan mereka adalah kejutan terbesar dalam sejarah Premier League. Ini merupakan gelar pertama mereka dalam sepanjang sejarah berkompetisi di liga.
Mereka mengoleksi 81 poin dengan catatan 23 kemenangan, 12 imbang, dan 3 kekalahan. Unggul 10 poin dari rival terdekat mereka, Arsenal, yang finis di peringkat kedua.
Baca Juga: Rapor Pertandingan Munchen, Siap Rebut Juara 1 Bundesliga?
Peran Claudio Ranieri
Kesuksesan pertandingan Leicester City juga tak lepas dari juru taktik mereka, Claudio Ranieri. Keberaniannya untuk melakukan perubahan dalam susunan pemain, mampu menciptakan atmosfer positif di ruang ganti tim dan memotivasi pemainnya dengan baik. Dia menggabungkan pemain muda berbakat dengan pengalaman pemain berpengalaman dan menciptakan tim yang solid.
Ranieri memahami pentingnya pertahanan yang kuat dalam sepakbola. Dia menciptakan fondasi pertahanan yang solid untuk Leicester City, yang merupakan landasan keberhasilan mereka. Berkat kerja keras para pemain di lini belakang, Leicester City mampu menghentikan serangan lawan dengan efektif yang memberi mereka keunggulan dalam banyak pertandingan. Wes Morgan dan N’golo Kante disebut memiliki peran penting terhadap kualitas pertahanan Leicester City.
Setelah tim meraih sejumlah kemenangan besar dan semakin mendekati gelar juara, tekanan dan ekspektasi semakin meningkat. Ranieri mampu menjaga tim fokus dan mengelola tekanan dengan baik, menghindari ketegangan berlebihan dan memungkinkan para pemain untuk bermain dengan tenang.
Pemain Leicester City yang Membawa Juara Musim 2015/2016
Dalam perjalanan menuju gelar juara Premier League 2015/2016, Leicester City memiliki beberapa pemain kunci yang memainkan peran penting dalam keberhasilan tim. Berikut adalah beberapa pemain Leicester City yang sangat berperan dalam kesuksesan mereka. Semua pemain ini sangat berkontribusi dalam penilaian klasemen Leicester City!
1. Jamie Vardy
Penyerang asal Inggris ini adalah motor utama serangan Leicester City. Jamie Vardy mencetak gol secara konsisten sepanjang musim dan menciptakan sejarah dengan mencetak gol dalam 11 pertandingan beruntun, memecahkan rekor Premier League. Vardy mengakhiri musim dengan mencetak 24 gol, hanya tertinggal 1 gol dari top skor Premier League saat itu, Harry Kane.
2. Riyad Mahrez
Pemain asal Aljazair ini adalah kreatif utama di lini tengah Leicester City. Dengan teknik dribbling yang brilian dan kemampuan menciptakan peluang gol, Mahrez adalah salah satu pemain terbaik dalam tim. Dia juga mencetak banyak gol penting dan kerap menyumbang assist yang mengubah permainan. Berkat penampilan gemilangnya, Mahrez dinobatkan sebagai PFA Players of The Year pada akhir musim.
3. N’Golo Kanté
Gelandang asal Prancis ini adalah tulang punggung lini tengah Leicester dan berkontribusi sangat besar terhadap klasemen Leicester City. Kemampuan Kanté dalam merebut bola dan menghentikan serangan lawan membuatnya menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia. Kontribusinya dalam menjaga keseimbangan tim dan memberikan dukungan dalam serangan sangat berharga.
4. Wes Morgan
Kapten tim, Wes Morgan, adalah pemimpin dalam pertahanan Leicester City. Keberadaannya di lini belakang memberikan kestabilan dan kepercayaan diri kepada rekan-rekannya. Dia adalah salah satu pemain yang paling konsisten dalam pertahanan mereka sepanjang musim.
5. Kasper Schmeichel
Kiper asal Denmark ini adalah salah satu kiper terbaik di Premier League musim itu. Penyelamatan-penyelamatan pentingnya dan kemampuannya untuk menjaga gawang tetap bersih di beberapa pertandingan krusial sangat berharga bagi tim. Berkat kerjasama yang apik dengan Wes Morgan, Schemeichel berhasil mencatatkan 15 cleansheet dalam satu musim.
Baca Juga: Real Madrid C.F. Vs Napoli, Bellingham Jadi Top Skor?
Leicester City Pasca Juara
Setelah berhasil menjadi juara, musim selanjutnya merupakan tantangan baru bagi jadwal pertandingan Leicester City setelah mereka meraih gelar juara Premier League yang mengejutkan pada musim sebelumnya. Musim tersebut adalah ujian sejauh mana tim mampu menjaga konsistensi dan merespons tekanan yang meningkat sebagai juara bertahan.
Setelah kesuksesan musim sebelumnya, N’golo Kante memutuskan untuk pindah ke Chelsea. Kehilangan Kante dianggap sebagai salah satu kerugian terbesar untuk pasukan Ranieri karena dia berperan penting dalam menjaga lini tengah The Foxes.
Sepanjang musim 2016/2017, penampilan pemain Leicester City menurun drastis. Hal ini memicu pemecatan manajer Claudio Ranieri pada Februari 2017. Meskipun Ranieri adalah pahlawan saat meraih gelr juara, performa tim di liga yang kurang konsisten menjadi alasan di balik keputusan tersebut.
Setelah pemecatan Ranieri, Leicester City ditangani oleh manajer sementara dan kemudian Craig Shakespeare. Di bawah kepemimpinan Shakespeare, tim kembali menunjukkan peningkatan performa dan kestabilan. Mereka harus puas finis di peringkat ke-12 di klasemen liga.
Selain itu, berkat menjadi juara Liga Inggris, Leicester City mendapat tiket untuk berlaga di Liga Champions. Ini merupakan pencapaian pertama mereka berlaga di kompetisi paling bergengsi di benua biru itu. Meskipun mereka dieliminasi di babak perempat final oleh Atletico Madrid, penampilan dan klasemen Leicester di kompetisi Eropa ini menunjukkan bahwa mereka dapat bersaing dengan klub-klub top di dunia.